Masalah yang Tak Kunjung Usai – Manchester United kembali menjadi sorotan di musim 2025/2026, bukan spaceman slot karena performa gemilang, melainkan karena inkonsistensi yang terus menghantui. Salah satu titik lemah yang paling mencolok adalah sektor lini tengah. Di bawah asuhan Ruben Amorim, Setan Merah mencoba membangun ulang identitas permainan mereka, namun justru menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan dan kreativitas di area sentral lapangan.
Lini tengah yang seharusnya menjadi jantung permainan justru menjadi titik rawan yang sering dieksploitasi lawan. Artikel ini akan membedah secara mendalam akar permasalahan di lini tengah Manchester United, evaluasi performa pemain, pendekatan taktik Amorim, serta solusi jangka pendek dan panjang yang bisa diambil klub.
Komposisi Lini Tengah: Ketimpangan Antara Pengalaman dan Energi
Manchester United memulai musim dengan mengandalkan kombinasi Casemiro, Bruno Fernandes, dan Manuel Ugarte sebagai trio utama di lini tengah. Namun, kombinasi ini belum menunjukkan sinergi yang ideal.
Evaluasi Pemain Kunci:
- Casemiro: Meski berpengalaman, gelandang asal Brasil ini mulai menunjukkan penurunan fisik. Di usia 33 tahun, ia kesulitan mengikuti tempo permainan cepat dan sering kalah dalam duel transisi.
- Bruno Fernandes: Masih menjadi kreator utama, namun terlalu sering ditinggalkan sendirian dalam membangun serangan. Ketergantungan pada Bruno membuat permainan MU mudah ditebak.
- Manuel Ugarte: Didatangkan untuk memperkuat pertahanan, namun belum mampu menjadi penghubung yang efektif antara lini belakang dan depan.
Selain itu, Kobbie Mainoo dan Mason Mount belum mampu memberikan dampak signifikan. Mount lebih sering dimainkan di posisi sayap, sementara Mainoo kehilangan tempat karena inkonsistensi.
Masalah Struktural: Ketidaksesuaian dengan Skema Amorim
Ruben Amorim dikenal dengan formasi 3-4-3 yang menuntut dua gelandang tengah memiliki mobilitas tinggi, kemampuan bertahan, dan distribusi bola yang akurat. Sayangnya, Casemiro dan Ugarte tidak memiliki karakteristik tersebut secara lengkap.
Dampak Taktis:
- Transisi lambat: MU sering kehilangan bola di tengah karena kurangnya opsi umpan vertikal.
- Ruang antar lini terlalu lebar: Lawan dengan mudah mengeksploitasi celah di antara gelandang dan bek.
- Minim pressing efektif: Lini tengah tidak mampu menekan lawan secara kolektif, membuat MU rentan terhadap serangan balik.
Kondisi ini membuat MU kesulitan mengontrol tempo permainan, terutama saat menghadapi tim dengan pressing tinggi seperti Arsenal atau Brighton.
Statistik yang Mengkhawatirkan
- Rata-rata penguasaan bola: 51% (peringkat ke-9 di Premier League)
- Jumlah intersepsi per laga: 7,2 (peringkat ke-13)
- Akurasi umpan ke sepertiga akhir: 68%
- Jumlah peluang tercipta dari lini tengah: 1,8 per laga (di bawah rata-rata liga)
Statistik ini menunjukkan bahwa lini tengah MU tidak hanya lemah dalam bertahan, tetapi juga kurang produktif dalam membangun serangan.
Upaya Perbaikan: Incaran Baru di Bursa Transfer
Setelah gagal mendatangkan gelandang baru di musim panas, MU kini dikabarkan membidik pemain muda Bayern Munchen sebagai solusi jangka panjang. Nama-nama seperti Aleksandar Pavlović dan Lovro Zvonarek masuk radar klub karena dinilai cocok dengan filosofi Amorim.
Selain itu, MU juga mempertimbangkan untuk memulangkan pemain pinjaman seperti Hannibal Mejbri atau mencari opsi dari akademi.
Solusi Jangka Pendek: Rotasi dan Adaptasi
Untuk mengatasi krisis ini, Amorim bisa melakukan beberapa langkah taktis:
- Menggeser Bruno Fernandes lebih ke dalam untuk membantu build-up.
- Memberi kesempatan kepada pemain muda seperti Dan Gore atau Omari Forson.
- Mengubah formasi menjadi 4-2-3-1 agar Casemiro tidak terlalu terekspos dan Bruno bisa lebih bebas.
Langkah-langkah ini bisa menjadi solusi sementara sambil menunggu bursa transfer dibuka kembali.
Kesimpulan: Lini Tengah sebagai Prioritas Utama
Lini tengah Manchester United saat ini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Ketidakseimbangan antara pengalaman dan energi, ketidaksesuaian dengan sistem pelatih, serta minimnya kreativitas membuat sektor ini menjadi titik lemah yang harus segera dibenahi.
Jika tidak segera diperbaiki, MU akan kesulitan bersaing di papan atas, apalagi di kompetisi Eropa yang menuntut intensitas tinggi dan kontrol permainan yang solid. Ruben Amorim harus segera menemukan formula yang tepat, baik melalui rotasi internal maupun perekrutan pemain baru, agar lini tengah kembali menjadi kekuatan utama Setan Merah.
